Pembantaian Sand Creek

Ikhtisar

Joshua J. Mark
dengan , diterjemahkan dengan Sabrina Go
diterbitkan pada 27 Agustus 2024
Tersedia dalam bahasa lain: Bahasa Inggris, Bahasa Prancis
X
Print Article
Black Kettle at Sand Creek (by Stone Rabbit, CC BY-SA)
Ketel Hitam di Sand Creek
Stone Rabbit (CC BY-SA)

Pembantaian Sand Creek (29 November 1864) adalah pembantaian penduduk bangsa Arapaho dan Cheyenne oleh Kavaleri Colorado Ketiga dari Relawan AS di bawah perintah Kolonel John Chivington, memakan korban jiwa sebanyak lebih dari 150 orang di perkemahan Bangsa Asli Amerika, yang sesuai dengan peraturan pejabat Amerika Serikat.

Ketel Hitam (lahir sekitar tahun 1803-1868), kepala suku Cheyenne Selatan, yang terus-menerus mengusahakan perdamaian dengan pendatang kulit putih sejak penandatanganan Perjanjian Fort Laramie di tahun 1851. Ia menolak semua ajakan untuk berperang – termasuk Kepala Suku Banteng Tinggi – dari Pasukan Anjing dan Hidung Romawi (Pejuang Cheyenne) - dan terus mempercayai jaminan dari perwakilan pemerintah Amerika Serikat bahwa bangsa Cheyenne akan dibiarkan dalam damai. Para perwakilan ini mengira bahwa Ketel Hitam berbicara atas nama seluruh Cheyenne dalam menandatangani Perjanjian Fort Laramie di tahun 1851 atau Perjanjian Fort Wise di tahun 1861, tapi sebenarnya ia tidak memiliki kuasa atas kepala suku-kepala suku yang lain, seperti Banteng Tinggi (1830-1869) atau Hidung Romawi (1830-1868), yang terus menolak bangsa Eropa-Amerika di tanah mereka.

Sisihkan pariwara
Advertensi

Kekerasan memuncak pada Juni 1864 dengan terjadinya Pembantaian Hungate, yang mengatributkan pembunuhan sebuah keluarga kult putih dengan pejuang-pejuan Cheyenne. John Evans (1820-1904), yang kemudian menjadi gubernur Colorado, mengirim surat kepada komunitas Bangsa Asli Amerika yang isinya adalah mereka yang bersahabat dengan Amerika Serikat harus pergi ke dekat Fort Lyon untuk menyelamatkan diri, dan yang lainnya akan dianggap musuh. Ketel Hitam – beserta kepala suku-kepala suku lainnya termasuk Antelop Putih (1789-1864), Serigala Kecil (1820-1904), dan Kepala Suku Niwot (Tangan Kiri) dari Arapaho Selatan (1825-1864) menerima undangan tersebut dan memindahkan warganya ke Big Sandy Creek, sekitar 40 mil (65 km) barat laut dari Fort Lyon.

John Chivington melancarkan serangan mendadak di perkemahan mereka, membantai lebih dari 150 orang tidak bersalah.

Di pagi hari tanggal29 November 1864, Kolonel John Chivington (1821-1894) memimpin Kavaleri Colorado Ketiga dalam serangan mendadak terhadap perkemahan Bangsa Asli Amerika – meskipun Ketel Hitam, sesuai instruksi, mengibarkan bendera Amerika dan bendera putih di atas kemahnya – membantai 150 orang tidak bersalah, kebanyakan anak-anak, perempuan, dan lansia. Setelahnya, Chivington mengklaim aksi ini sebagai kemenangan besar militer melawan aliansi bersenjata antara Cheyenne dan Arapaho hingga laporan-laporan dari mereka yang selamat – seperti penerjemah Anglo-Cheyenne George Bent (1843-1918) – dan para prajurit, seperti Kapten Silas Soule (1838-1865) – membantahnya.

Sisihkan pariwara
Advertensi

Penyelidikan selanjutnya menetapkan konflik ini sebagai pembantaian terhadap orang-orang tidak bersalah dengan hanya sejumlah pasukan kecil bersenjata dari para pejuang Cheyenne dan Arapaho di perkemahan yang terbunuh saat sedang membela diri dan keluarga mereka. Tetap saja, kejadian ini ditetapkan sebagai “pertempuran” oleh pers pada zamanitu dan masih sering disebut demikian sampai hari ini. Di tahun 2007, wilayah pembantaian tersebut dideklarasikan sebagai Situs Warisan Nasional, dan, di tahun 2014, Gubernur Colorado John Hickenlooper memberikan permintaan maaf kepada para keturunan korban yang terbunuh di Sand Creek; namun peraturan yang menyebabkan pembantaian itu terjadi tidak pernah diakui dan pemerintah Amerika Serikat tidak pernah memberikan permintaan maaf serupa.

Latar Belakang

Demam Emas Californa tahun 1848 mengirimkan banyak penambang dan keluarga-keluarga mereka ke wilayah-wilayah Arapaho, Cheyenne, Sioux dan wilayah-wilayah lainnya, mengganggu kehidupan sehari-hari mereka, memporak-porandakan – dan membunuh – kerbau (sumber makanan utama di Dataran Indian), dan menghancurkan padang rumput yang digunakan Bangsa Asli dengan kereta dan ternak mereka. Bentrokan antara penduduk asli dan pendatang menghasilkan Perjanjian Fort Laramie di tahun 1851, menetapkan teritori untuk bangsa Penduduk Asli Amerika yang, berdasarkan perjanjian ini, tidak berhak diklaim oleh Amerika Serikat.

Sisihkan pariwara
Advertensi

Ketel Hitam, dan kepala suku-kepala suku lainnya, menandatangani perjanjian ini karena mempercayai kata-kata utusan Amerika Serikat bahwa mereka tidak akan diganggu lagi. Akan tetapi, perjanjian ini tidak pernah ditepati oleh para pendatang kulit putih atau pemerintah mereka dan benar-benar diabaikan pada tahun 1858 pada saat Demam Emas Pikes Peak. Ketika para penduduk asli bertarung lagi untuk mempertahankan wilayah mereka, perjanjian lain ditawarkan – Perjanjian Fort Wise tahun 1861 – di mana pemerintah Amerika Serikat dan warganya tidak lagi memperhatikan daripada apa yang sudah mereka tawarkan pada penduduk Dataran di tahun 1851. Pasukan Anjing – salah satu kelompok militer Cheyenne – merespon invasi tersebut dengan senjata di bawah pemimpin mereka, Banteng Tinggi, sementara Hidung Romawi memimpin kelompok pejuangnya sendiri dalam mempertahankan wilayah Cheyenne yang kemudian dikenal sebagai Perang Colorado (1864-1865).

Fort Laramie Treaty 1868
Perjanjian Fort Laramie tahun 1868
U.S. National Archives and Records Administration (Public Domain)

Meskipun Ketel Hitam – dan ‘kepala suku damai’ lainnya – menolak cara yang digunakan oleh Banteng Tinggi dan Hidung Romawi, mereka tidak bisa berbuat apa-apa untuk menghentikan mereka. Bangsa Cheyenne memiliki pemerintah perwakilan, Komite Empat Puluh Empat, yang membuat keputusan untuk seluruh suku, namun kepala suku setiap kelompok boleh menerima atau menolak keputusan tersebut. Komite tidak memiliki suara mengenai deklarasi perang yang merupakan tanggung jawab individu kepala suku-kepala suku kelompok militer. Tanda tangan Ketel Hitam pada perjanjian tidak mengikat Banteng Tinggi untuk mengakuinya.

Pembantaian Hungate, Evans & Chivington

Perjanjian Fort Wise tahun 1861, alih-alih menyelamatkan wilayah-wilayah Dataran Indian dari gangguan yang lebih jauh, malah membatasi mereka pada wilayah sempit di mana mereka diharuskan untuk bertani sesuai dengan sudah ditetapkan oleh pemerintah Amerika Serikat, dan, imbalannya, mereka akan diberikan suplai yang layak dan jatah makanan. Barang-barang yang dijanjikan tidak pernah datang, dan para penduduk asli mulai mengambil makanan, ternak, dan apapun yang mereka butuhkan dari pemukiman di sekitar mereka. Terkadang mereka mencuri barang-barang ini diam-diam di malam hari, tapi di waktu lain hal ini dilakukan oleh kelompok penjarah yang dipimpin oleh Banteng Tinggi, Hidung Romawi, dan kepala suku-kepala suku perang lainnya.

Sisihkan pariwara
Advertensi

Tanggal 11 Juni 1864, keluarga Hungate – Nathan dan Ellen beserta kedua putri kecil mereka, Laura dan Florence – dibantai dan rumah mereka dibakar dalam salah satu penjarahan. Tubuh mereka yang dimutilasi dibawa ke Denver dari ranch tempat Nathan bekerja, menyulut kemarahan publik dan menuntut balas dendam. Gubernur Evans sebelumnya sudah memberikan Kolonel John Chivington – kemudian Resimen Kesatu Relawan Colorado – kebebasan untuk membunuh Cheyenne dan Arapaho yang ia lihat sebagai balasan atas penjarahan di wilayah tersebut, setelah pembantaian Hungate, peraturan ini dilanjutkan tanpa memandang apakah mereka yang terbunuh berhubungan dengan kejadian Hungate. Faktanya, tidak pernah ditemukan siapakah yang membunuh keluarga Hungate dan bahkan tidak pernah dinyatakan bahwa pembunuhan itu dilakukan oleh Arapaho atau Cheyenne.

John Evans, Governor of Colorado
John Evans, Gubernur Colorado
Colorado State Archives (Public Domain)

Dikarenakan Evans dan Chivington memiliki aspirasi politik yang bergantung pada pengamanan wilayah Colorado dari “serangan Indian”, mereka tidak ambil pusing siapa yang membunuh keluarga Hungate selama mereka bisa menyalahkan para Bangsa Asli – hal yang cukup mudah dilakukan karena Pasukan Anjing dan yang lain-lain secara rutin menjarah pemukiman dan rumah-rumah pertanian pendatang kulit putih – maka, peraturan mereka yang tidak melarang pembunuhan atas Bangsa Asli Amerika tidak hanya didukung tapi juga dipuji. Akan tetapi, harus dicatat bahwa jika perjanjian di tahun 1851 dan 1861 ditepati oleh pemerintah Amerika Serikat dan pendatang kulit putih, Pasukan Anjing tidak akan perlu – atau yang lain-lainnya – untuk melakukan penjarahan.

Namun, sesuai dengan kebijakan yang telah ia keluarkan, Evans menjanjikan keselamatan untuk kelompok-kelompok Penduduk Asli Amerika yang menyerah dalam damai dan mencari perindungan di Fort Lyon – pada waktu itu di bawah komando Mayor Edward W. Wynkoop (1836-1891) yang bersimpati dengan permasalahan Penduduk Asli Amerika. Pada September 1864, Ketel Hitam memimpin Cheyenne Selatan dan Kepala Suku Niwot memimpin warga Arapaho, meuju Fort Lyon di mana mereka dengan segera diinstruksikan untuk memindahkan perkemahan mereka ke Big Sandy Creek, sekitar 40 mil (65 km) arah barat laut dari benteng. Di bulan November, Mayor Wynkoop dipindahtugaskan ke Fort Riley, Kansas, dan posisinya di Fort Lyon digantikan oleh Mayor Scott Anthony – yang tidak memiliki perasaan simpati yang sama dengan Mayor Wynkoop terhadap Arapaho dan Cheyenne – dan menyetujui kebijakan Evans dan Chivington untuk membunuh Bangsa Asli Amerika yang jumpai.

Sisihkan pariwara
Advertensi

Ketika Anthony mengumumkan rencana untuk menyerang perkemahan di Sand Creek, Letnan James Connor, Letnan Joseph Cramer, dan Kapten Silas Soule menyatakan keberatann mereka dengan alasan bahwa mereka yang berada di perkemahan adalah orang-orang yang tidak bersalah yang sepenuhnya patuh pada kebijakan Evans. Konon, Chivington mengancam Soule karena tidak mematuhi perintahnya, namun Anthony mengambil pendekatan lain, meyakinkan Soule, Cramer, dan Connor bahwa Chivington memimpin pasukannya melawan pemberontak – kemungkinan di dekat perkemahan – bukan melawan warganya Ketel Hitam dan Kepala Suku Niwot.

Pembantaian Sand Creek

Di pagi hari tanggal 29 November 1864, Chivington tiba di perkemahan Sand Creek dan memberikan perintah untuk menyerang. Kapten Soule dan Letnan Cramer menolak dan memerintahkan anak buah mereka untuk muncur dari posisi mereka. Tidak ada prajurit lain yang tercatat menolak pembantaian tersebut. Akademisi Ari Kelman memberikan cerita Soule mengenai pembantaian tersebut, yang dikirimkan sesudahnya dalm surat kepada Mayor Wynkoop:

Soule kemudian menceritakan, “Kami tiba di perkemahan Ketel Hitam dan Tangan Kiri pada pagi hari.” Setelah pasukan Chivington mulai menembaki tanpa peringatan, seorang tentara dari Colorado Kesatu dan seorang penerjemah yang sedang berdagang di perkemahan “berlari keluar dengan bendera-bendera putih,” menandakan bahwa para Indian menghendaki perdamaian. Pasukan tentara tidak memedulikannya. “Ratusan perempuan dan anak-anak datang pada kami,” kenang Soule, “berlutut meminta ampun.” Mayor Anthony menyahut dengan berteriak, “Bunuh semua bedebah itu.” Soule yang ngeri menyebutkan dalam suratnya kepada Wynkoop bahwa ia “menolak menembak.” Sebaliknya, setelah membawa rombongannya menyeberangi sungai, menjauh dari keributan, Soule menyaksikan dengan terkejut saat artileri memberondong penduduk asli dengan tembakan: “Meriam-meriam ditembakkan ke arah mereka, dan Anda bisa membayangkan pembantaian itu.” “Ketika para Indian menyadari mereka tidak memiliki harapan, mereka pergi ke sungai dan mengubur diri mereka di pasir, terkubur di tepi sungai.” Di sini, Soule menawarkan pandangan berbeda tentang benteng yang sering dikutip Chivington sebagai bukti pasti bahwa ia telah menyerang sebuah desa yang penuh dengan orang Indian yang jahat dan bernafsu untuk berperang. [Soule menambahkan lebih jauh], “Tidak ada organisasi dalam pasukan kami, mereka adalah massa yang sempurna.”

(23)

Major Edward W. Wynkoop
Mayor Edward W. Wynkoop
New Mexico State Library (Public Domain)

Berdasarkan surat dari Letnan Cramer kepada Wynkoop, “Ketel Hitam mengatakan, ia senang ketika ia melihat kita datang, karena Mayor Wynkoop datang membawa perdamaian” (Vasicek, 2). Bendera Amerika dan bendera putih tanda gencatan senjata dikibarkan; Ketel Hitam memerintahkan warganya untuk berdiri membentuk lingkaran di bawah bendera untuk menunjukkan bahwa mereka bermaksud damai, namun pasukan Chivington sudah mulai menembaki dan tidak mau berhenti. Robert Bent, saudara George Bent, ditangkap oleh Chivington dan dipaksa untuk memandu para tantara ke perkemahan. Ia kemudian melaporkan:

Aku melihat bendera Amerika berkibar dan mendengar Ketel Hitam menyuruh para Indian untuk berdiri mengelilingi bendera, dan di sanalah mereka berkumpul – pria, wanita, dan anak-anak. Aku juga melihat bendera putih dinaikkan. Bendera-bendera ini berada di tempat yang pasti terlihat oleh siapapun. Ketika tentara mulai menembaki, para Indian itu berlarian, beberapa pria berlari ke kemah mereka, barangkali mengambil senjata… Dugaanku seluruhnya ada 600 orang Indian. Menurutku ada 35 pemberani dan beberapa pria tua, sekitar 60 orang seluruhnya… pria-pria yang lain tidak ada di perkemahan, sedang pergi berburu.

(Vasicek, 2)

Pembantaian berlangsung selama tujuh jam – Antelop Putih dan Kepala Suku Niwot, keduanya terbunuh – dan banyak dari tentara-tentara itu yang kembali keesokan harinya untuk menghabisi orang-orang yang selamat. Mereka yang berhasil bersembunyi saat pembantaian sedang berlangsung - termasuk Ketel Hitam dan istrinya, Kepala Suku Bintang Pagi, dan Charles, Julia, dan George Bent – pergi ke sungai untuk mencari keselamatan dengan kelompok lain. George Bent melaporkan:

Semua orang menangis, bahkan para pejuang dan Perempuan dan anak-anak… Hampir semua orang yang ada kehilangan saudara dan teman, dan banyak dari mereka, dalam kedukaannya, menyayat diri mereka sendiri dengan pisau hingga darah mereka mengalir seperti sungai.

(Vasicek, 4)

Sementara itu, Chivington dan Anthony memimpin pasukan mereka kemabli ke Fort Lyon di mana Chivington segera mengirim kabar kemenangan kepada atasannya Jenderal Samuel Curtis, dengan bangga mengabarkan bagaimana “pada siang hari hari ini, kami menyerang desa Cheyenne yang terdiri dari 130 rumah, dari 900-1000 orang prajurit kuat” (Kelman, 9). Kemudian ia menulis surat yang sama yang dengan cepat dikirimkan kepada editor-editor surat kabar di Denver, menyebut pembantaian itu sebagai “pertempuran” di mana pasukannya yang tidak kenal takut berhasil mengalahkan bangsa Cheyenne dan Arapaho yang bersenjata lengkap, yang memperkuat perkemahan mereka untuk melawan pemerintahan Amerika Serikat yang sudah bermurah hati menawarkan keselamatan pada mereka.

Versi inilah yang kemudian dilaporkan oleh surat kabar-surat kabar lain di penjuru negeri pada Desember 1864 dan belakangan dibela ketika kejadian yang sebenarnya terjadi di Sand Creek mulai dikemukakan di akhir bulan itu. Versi ini pulalah yang mewarnai interpretasi kejadian itu sehingga sampai hari ini perisitiwa pembantaian tersebut masih terus disebut sebagai “pertempuran” padahal tidak begitu adanya.

Akibat & Investigasi

Sebelum akhir Desember 1864, sudah ada cukup bukti untuk membantah pernyataan Chivington mengenai “pertempuran” di Sand Creek, dan sudah ada penolakan dari para pendukung Chivington atas tuduhan “pembantaian” bahkan sebelum Presiden Lincoln, Kongres, dan Departemen Perang memberikan keputusan di Januari 1865 bahwa tuduhan ini adalah hal yang cukup serius untuk diadakan investigasi formal. Namun, para pendukung Chivington yang menyangkal klaim tentang pembantaian dan membela perisitiwa itu sebagai “pertempuran”, membantu menetapkan definisi peristiwa tersebut. Cuplikan dari Rocky Mountain News di Denver dari tanggal 30 Desember 1864 menulis:

Kejadian di Fort Lyon, Colorado, di mana Kolonel Chivington menghancurkan perkampungan Indian yang besar, dan seluruh penghuninya, akan dijadikan subjek investigasi kongres. Surat-surat yang diterima dari pejabat tinggidi Colorado mengatakan bahwa para Indian itu dibunuh setelah menyerah, dan sebagian besar dari mereka adalah wanita dan anak-anak.

Amarah disuarakan tegas dan lantang, dan beberapa anak laki-laki yang kurang simpatik ngotot mempertanyakan siapakah “pejabat tinggi” ini, dengan isyarat halus bahwa mereka setengah berniat “untuk mencari mereka”. Omongan tentang “Orang-orang Indian yang bersahabat” dan desa yang “menyerah” lebih cocok “diceritakan pada para marinir”, tapi bagi kami di sini semua itu omong kosong.

(Editorial Pembantaian Sand Creek)

Investigasi formal dilaksanakan, dan dirampungkan berdasarkan pernyataan saksi mata seperti Silas Soule, bahwa konflik Sand Creek adalah pembantaian atas Bangsa Asli Amerika yang tidak bersenjata. Chivington berhenti dari militer, ia dan Evans mengabaikan ambisi politis mereka (Evans dicopot dari jabatannya), tapi tidak ada seorang pun yang pernah diadili atas Pembantaian Sand Creek. Silas Soule, yang bersaksi melawan Chivington, dibunuh di Denver pada tanggal 23 April 1865 oleh pendukung Chivington. Soule dikenang sebagai pahlawan oleh bangsa Cheyenne dan Arapaho.

Captain Silas S. Soule
Kapten SIlas S. Soule
Unknown/Denver Public Library (Public Domain)

Pembantaian ini membubarkan kepemimpinan Cheyenne dikarena delapan orang dari Komite Empat Puluh Empat dibunuh, yang tidak kalah penting, menjadi jelas bagi bangsa Cheyenne bahwa kepemimpinan mereka salah karena mempercayai pejabat Amerika Serikat; dan kepala suku perang seperti Banteng Tinggi dan Hidung Romawi adalah yang benar. Ketel Hitam kehilangan wibawanya kepada Banteng Tinggi tapi masih berusaha berdamai dengan pemerintah Amerika Serikat dan warga Amerika Serikat. Tidak seorang pun dari kelompok penjarah Cheyenne dan Arapaho hadir di Sand Creek di hari pembantaian. Banteng Tinggi dan HIdung Romawi masih melanjutkan aksi mereka sampai Hidung Romawi terbunuh pada Pertempuran Pulau Beecher pad September 1868 dan Banteng Tinggi terbunuh pada Pertempuran Summit Springs pada Juli 1869.

Kesimpulan

Pada saat kematian Banteng Tinggi, Ketel Hitam dan istrinya, bersama dengan 60-150 orang lainnya, dibunuh oleh tentara di bawah komando Letkol. George Armstrong Custer (1839-1876) pada Pembantaian Washita tanggal 27 November 1868 – juga ditetapkan sebagai “pertempuran” oleh pihak berwenang Amerika Serikat – dan perlawanan bangsa Cheyenne terhadap kebijakan ekspansi Amerika Serikat pun dipatahkan. Usaha yang dilakukan kemudian oleh kepala suku-kepala suku Cheyenne Utara, Bintang Pagi (Pisau Tumpul 1810-1883) dan Serigala Kecil dihancurkan di tahun 1878. Untungnya, bangsa Cheyenne selamat dan masih tetap menjadi Bangsa Asli Amerika yang bangga hingga saat ini.

The Attack on Black Kettle's Cheyenne Camp
Penyerangan Terhadap Perkemahan Cheyenne Ketel Hitam
Frank Leslie's Illustrated Newspaper (Public Domain)

Kematian akibat Pembantaian Sand Creek terus diperingati oleh keturunan-keturunan mereka setiap bulan November dengan melakukan Gerak Jalan/Lari Penyembuhan Spiritual Sand Creek – acara 173 mil (278 km) di mana peserta mengikuti rute yang diambil oleh tentara Amerika Serikat setelah melakukan pembantaian dari tempat kejadian ke Denver. Seperti yang dicatat Kelman, “Pembantaian Sand Creek bukan sekedar peristiwa di masa lalu, melainkan bagian yang sangat nyata untuk identitas kontemporer bangsa Cheyenne” (130), dan peristiwa ini dikenang dengan cara yang sama orang-orang mengingat dan memperingati kejadian 9/11.

Sisihkan pariwara
Advertensi

Pertanyaan & Jawaban

Apa itu Pembantaian Sand Creek?

Pembantaian Sand Creek adalah pembantaian terhadap bangsa Cheyenne dan Arapaho, korbannya paling banyak adalah wanita, anak-anak, dan para manula, oleh tentara Amerika Serikat di bawah komando Kolonel Chivington pada 29 November 1864.

Apa yang menyebabkan Pembantaian Sand Creek?

Pemerintah Amerika Serikat tidak menepati janji-janji yang dibuat dalam perjanjian, hingga mengakibatkan bangsa Cheyenne dan Arapaho terpaksa menjarah pemukiman kulit putih untuk bertahan hidup. Pembunuhan keluarga Hungate, yang diduga dilakukan oleh para penjarah dari Cheyenne atau Arapaho, bersama dengan penjarahan lainnya, mendorong para pejabat Amerika Serikat untuk membuat kebijakan yang berlandaskan pembalasan alih-alih menegakkan keadilan.

Berapa banyak korban dari Bangsa Asli Amerika akibat Pembantaian Sand Creek?

Pihak konservatif memperkirakan korban dari bangsa Cheyenne dan Arapaho adalah 150 orang, meski kemungkinannya ada lebih banyak korban. Berberapa sumber memperkirakan setidaknya ada 600 orang yang menjadi korban, meski jumlah itu dianggap terlalu banyak oleh umum.

Apakah di dalam perkemahan Bangsa Asli Amerika itu ada yang terlibat dengan kelompok penjarah?

Perkemahan Bangsa Asli Amerika di Sand Creek dipimpin oleh "kepala suku damai" yang mematuhi kebijakan Amerika Serikat. Kelompok penjarah diimpin oleh "kepala suku perang" yang bukan bagian dari perkemahan Ketel Hitam.

Tentang Penerjemah

Sabrina Go
Penggemar cerita-cerita lama, kisah-kisah kuno dan kejadian-kejadian di masa lalu. Dan seorang penerjemah.

Tentang Penulis

Joshua J. Mark
Joshua J. Mark adalah salah satu pendiri (co-founder) dan Content Director di World History Encyclopedia. Sebelumnya, dia adalah seorang profesor di Marist College (NY) di mana dia mengajar sejarah, filsafat, sastra, dan menulis. Dia telah melakukan perjalanan secara ekstensif dan tinggal di Yunani dan Jerman.

Kutip Karya Ini

Gaya APA

Mark, J. J. (2024, Agustus 27). Pembantaian Sand Creek [Sand Creek Massacre]. (S. Go, Penerjemah). World History Encyclopedia. Diambil dari https://www.worldhistory.org/trans/id/1-23108/pembantaian-sand-creek/

Gaya Chicago

Mark, Joshua J.. "Pembantaian Sand Creek." Diterjemahkan oleh Sabrina Go. World History Encyclopedia. Terakhir diubah Agustus 27, 2024. https://www.worldhistory.org/trans/id/1-23108/pembantaian-sand-creek/.

Gaya MLA

Mark, Joshua J.. "Pembantaian Sand Creek." Diterjemahkan oleh Sabrina Go. World History Encyclopedia. World History Encyclopedia, 27 Agu 2024. Web. 08 Okt 2024.